BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pengangguran masih menjadi salah satu masalah yang paling
krusial di Negara Berkembang terutama Indonesia. Di tahun 2011 jumlah
pengangguran penduduk Indonesia yang dirilis SAKERNAS BPS tahun 2011 sudah
mencapai 7,7 juta dan tahun 2012 turun menjadi 7,2 juta jiwa Masalah
pengangguran sering dikaitkan dengan kualitas Sumber Daya Manusia/ SDM di suatu
negara. ada ketidaksesuaian antara penawaran tenaga kerja terhadap kebutuhan
tenaga kerja maupuan permintaan tenaga kerja baik di sektor formal maupun
informal.
Jika dimasa lalu banyak pengangguran disebabkan oleh
rendahnya tingkat pendidikan yang ditempuh angkatan kerja di pedesaan, serta
sempitnya lapangan pekerjaan dan upah tenaga kerja di desa yang rendah.
Sehingga banyak tenaga kerja desa urbanisasi ke kota. Hal ini mengakibatkan SDM
kurang berkualitas dimana Komposisi Tenaga Kerja tidak terdidik dan tidak
terlatih maupun terlatih di Kota lebih besar dari tenaga kerja terdidik Karena
kurang berkualitasnya tenaga kerja tersebut mengakibatkan pengangguran di
kota-kota. Karena tidak bisa terserap di lapangan kerja kota dan tidak mampu
membuka lapangan usaha baru.
Dewasa ini di Indonesia terjadi sebaliknya. Setiap tahun
rata-rata 20% sarjana baru menjadi pengangguran Pengangguran yang terjadi
sebagian besar dari angkatan kerja yang sudah menempuh SLTA, maupun Perguruan
Tinggi (D III, S1, S2 dan S3). Pengangguran ini sering disebut dengan
pengangguran terdidik. Jumlah terbesar pengangguran terdidik di Indonesia ada
di kota-kota besar. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengapa angkatan kerja yang
terdidik justru banyak menjadi pengangguran di kota.
Di sisi lain Indonesia akan menghadapi AEC (Asean Economic
Community) pada tahun 2015,yang akan memperbolehkan setiap negara anggota ASEAN
bebas keluar masuk ke negara tetangganya di kawasan ASEAN. “Negara yang unggul
dalam sumber dayanya akan memenangkan persaingan , sebaliknya negara yang tidak
memiliki keunggulan bersaing dalam sumber daya akan kalah dalam persaingan dan
tidak mencapai banyak kemajuan” (Suryana, 2006:79). Persaingan yang tinggi ini
menimbulkan persaingan angkatan kerja yang kompetitif dan bisa menambah pengangguran.
Dalam hal ini pendidikan tidak cukup untuk meningkatkan SDM
jika kualitas pendidikan tidak ditingkatkan, tidak sesuai dengan kebutuhan agar
lulusan bisa menciptakan lapangan kerja.
Karena pada kenyataannya Indonesia memiliki banyak pengangguran terdidik
yang tersebar di kota-kota. Hal ini bisa disebabkan kurangnya kemampuan
wirausaha dan softskill untuk menciptakan lapangan kerja.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud pengangguran terdidik?
2. Mengapa
banyak pengangguran terdidik di kota?
3. Bagaimana
solusi untuk mengatasi pengangguran terdidik?
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui yang dimaksud pengangguran terdidik
2. Untuk
mengetahui penyebab pengangguran terdidik di kota
3. Untuk
mengetahui solusi pengangguran terdidik di kota
BAB.II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pengangguran
Menurut
Sukirno (2004: 28) pengangguran adalah jumlah tenaga kerja dalam perekonomian
yang secara aktif mencari pekerjaan tetapi belum memperolehnya.
Selanjutnya International Labor Organization (ILO) memberikan
definisi pengangguran yaitu:
1. Pengangguran
terbuka adalah seseorang yang termasuk kelompok penduduk usia kerja yang selama
periode tertentu tidak bekerja, dan bersedia menerima pekerjaan, serta sedang
mencari pekerjaan.
2. Setengah
pengangguran terpaksa adalah seseorang yang bekerja sebagai buruh karyawan dan
pekerja mandiri (berusaha sendiri) yang selama periode tertentu secara terpaksa
bekerja kurang dari jam kerja normal, yang masih mencari pekerjaan lain atau
masih bersedia mencari pekerjaan lain/tambahan (BPS, 2001: 4).
Sedangkan menurut Survei Angkatan Kerja Nasional
(SAKERNAS) menyatakan bahwa:
1. Setengah
pengangguran terpaksa adalah orang yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu
yang masih mencari pekerjaan atau yang masih bersedia menerima pekerjaan lain.
2. Setengah
pengangguran sukarela adalah orang yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu
namun tidak mencari pekerjaan dan tidak bersedia menerima pekerjaan lain (BPS,
2000: 14).
B. Pengertian Pengangguran Terdidik
Pengangguran
terdidik adalah seseorang yang telah lulus pendidikan dan ingin mendapatkan
pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Biasanya yang digolongkan
pengangguran terdidik adalah lulusan SMA/ SMK dan perguruan tinggi mengingat
sudah diterapkannya program wajib belajar 9 tahun.
C. Analisis
Data Pengangguran Terdidik di Kota di Indonesia
Pendidikan
dipandang sebagai solusi dalam proses
pembangunan ekonomi nasional. Dengan Pendidikan Indeks Pembangunan Manusia akan
meningkat, kemudian pengangguran menurun dan kemiskinan juga menurun. Sesuai
dengan pemikiran Theodore Schultz
“Investement in human capital”
yang mengatakan proses perolehan pengetahuan dan keterampilan melalui
pendidikan bukan merupakan suatu bentuk konsumsi semata-mata, akan tetapi juga
merupakan suatu investasi.
Schultz (1960) memperhatikan bahwa pembangunan sektor
pendidikan berfokus pada manusia telah
memberikan kontribusi langsung terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara,
melalui peningkatan keterampilan dan kemampuan produksi dari tenaga kerja.
Namun keadaan pendidikan di Indonesia dianggap masih kurang berkualitas. Hal
ini dilihat dari lulusan Sekolah maupun perguruan tinggi di Indonesia kurang
berkompeten.
Berdasarkan penelitian
BAPPENAS tahun 2012 menunjukkan tingkat pengangguran terbuka mengalami
penurunan. Dari 7,14% menjadi 6,56%. Pengangguran terbuka untuk lulusan SMA ke
atas juga mengalami penurunan, untuk diploma turun dari 12,78% menjadi 7,16%
dan sarjana dari 11,92% menjadi 8,02%. Namun jumlah ini belum menggembirakan
karena pengangguran dikataka kecil apabila kurang dari 5%. Hal ini menunjukkan
adanya kesalahan pengelolaan pendidikan sebagai pendorong pembangunan ekonomi.
Tabel. Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi
yang Ditamatkan Tahun 2008-2012 (dalam jiwa)
No.
|
Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan
|
Tahun
|
||||
2008
|
2009
|
2010
|
2011
|
2012
|
||
1
|
Tidak/belum pernah sekolah
|
103.206
|
90.471
|
157.586
|
190.370
|
82.411
|
2
|
Belum/tidak selesai SD
|
443.832
|
547.430
|
600.221
|
686.895
|
503.379
|
3
|
Sekolah Dasar(SD)
|
2.099.968
|
1.531.671
|
1.402.858
|
1.120.090
|
1.449.508
|
4
|
SLTP
|
1.973.986
|
1.770.823
|
1.661.449
|
1.890.755
|
1.701.294
|
5
|
SLTA Umum
|
2.403.394
|
2.472.245
|
2.149.123
|
2.042.629
|
1.832.109
|
6
|
SLTA Kejuruan
|
1.409.128
|
1.407.226
|
1.195.192
|
1.032.317
|
1.041.265
|
7
|
Diploma I, II, III/Akademi
|
362.683
|
441.100
|
443.222
|
244.687
|
196.780
|
8
|
Universitas
|
598.318
|
701.651
|
710.128
|
492.343
|
438.210
|
|
Total
|
9.394.515
|
8.962.617
|
8.319.779
|
7.700.086
|
7.244.956
|
Sumber : Sakernas BPS Indonesia Tahun 2008,2009,2010,2011
dan 2012
Dari data tersebut menunjukkan pengangguran di Indonesia
terdistribusi di semua jenjang pendidikan.
Pengangguran terdidik jenjang
SLTA Umum, Diploma dan Universitas mengalami penurunan dari tahun 2011-2012,
tetapi jenjang SLTA Kejuruan / SMK mengalami peningkatan TPT.
TPT SMA tertinggi karena Lulusan SMA dipersiapkan untuk
melanjutkan ke jenjang berikutnya, namun banyak lulusan SMA yang tidak mampu
melanjutkan , sehingga mereka menganggur karena tidak dipersiapkan untuk
memasuki dunia kerja. Sedangkan SMK yang diharapkan menjadi solusi pemerintah
untuk mengentaskan pengangguran jumlahnya justru bertambah. Program SMK dikhususkan untuk siswa agar dapat
siap bekerja serta membuka lapangan pekerjaan/ berwirausaha sesuai bakat yang
dimiliki melalui program Pendidikan Sistem Ganda (PSG).
Sesuai arahan Presiden RI bahwa pembangunan bidang
pendidikan diarahkan demi tercapainya pertumbuhan ekonomi yang didukung
keselarasan antara ketersediaan tenaga terdidik dengan kemampuan, (1)
menciptakan lapangan kerja atau kewirausahaan dan (2) menjawab tantangan
kebutuhan tenaga kerja (Kemendikbud, 2012). Menurut Buchari Alma, 2009:4,
“Suatu negara akan mampu membangun apabila memiliki wirausahawan sebanyak 2%
dari jumlah penduduknya”. Menurut Gubernur Jawa Barat (http://suarapengusaha.com.2013)
mengatakan bahwa jumlah pengusaha mudai di Indonesia hanya 0,8%. Sangat jauh
jika dibandingkan dengan negara maju seperti Amerika Serikat sebanyak 12% ,
China 11%, Singapura 12%, dan Malaysia 4%.
Dapat
dikatakan bahwa sistem pendidikan di Indonesia di Sekolah maupun Perguruan
Tinggi hanya menciptakan pencari kerja (job seeker) bukan pencipta kerja ( job
creator). Hal ini menunjukkan ada kesalahan dalam penyelenggaraan pelatihan
kerja, lembaga pendidikan terutama SMK sehingga belum terciptanya wirausaha/
pengusaha baru/ tenaga kerja yang bisa menciptakan lapangan kerja sendiri seperti
yang diharapkan. Sehingga pengangguran terdidik masih tinggi. Di sisi lain pengangguran
terdidik di perkotaan biasanya dari kelompok menengah ke atas sehingga termasuk
pengangguran sukarela/ masih merasa sejahtera dan dapat memenuhi kebutuhan.
D. Penyebab
Pengangguran Terdidik di Kota
Penyebab utama pengangguran
terdidik di Kota hampir sama dengan pengangguran secara umum, tetapi memasukan
pengaruh faktor pendidikan dengan pengangguran.
1. Penyebab
terjadinya pengangguran, antara lain :
a.
Pertumbuhan
penduduk yang cepat dan menurunnya tingkat permintaan tenaga kerja
b.
angkatan
kerja tidak mampu memenuhi kualifikasi yang diminta oleh dunia kerja,
perkembangan teknologi tidak diimbangi oleh ketrampilan dan pendidikan
c.
tidak
adanya kecocokan upah, tidak memiliki kemauan wirausaha
d.
ketidakberhasilan
sektor industri kecil, ketidakstabilan keadaan perekonomian, politik dan
keamanan Negara
e.
kurangnya
informasi mengenai lowongan kerja
f.
terbatasnya daya serap di sektor formal
g.
belum efisiennya fungsi lapangan kerja
sehingga ada yang bekerja tidak sesuai dengan bidangnya sedangkan yang lain
memilih tidak bekerja daripada tidak sesuai bidangnya.
2. Penyebab Pengangguran
Terdidik di Kota di Indonesia antara lain
a. Kurang selarasnya
perencanaan pembangunan pendidikan, ketersediaan dan kesiapan tenaga pengajar, fasilitas
serta pemanfaatan tenaga pengajar keseluruh wilayah belum merata.
b. Angkatan kerja yang mencari
kerja tidak memenuhi persyaratan yang diminta dunia kerja serta berkembangnya
lapangan kerja yang tidak sesuai dengan jurusan mereka, sehingga para lulusan
tersebut tidak terserap kedalam lapangan kerja yang ada.
c. Angkatan Kerja yang terus
bertambah, sedangkan kesempatan kerja sedikit/ tidak seimbang. Sehingga jika
tidak dibarengi dengan jiwa pengusaha/ wirausaha maka akan semakin menambah
pengangguran terdidik.
d.
Struktur lapangan kerja yang tidak seimbang.
e. Terbatasnya daya serap tenaga kerja di
sektor formal. Di sisi lain banyak yang
memilih angkatan kerja yang lebih memilih sektor formal karena aman dari resiko. Menurut
hasil studi Clignet (1980) di Indonesia ditemukan peningkatan pengangguran
terdidik yang disebabkan keinginan untuk memilih pekerjaan yang aman dan tidak
beresiko serta lebih memilih menganggur daripada bekerja tetapi tidak sesuai
keinginannya.
f. Faktor
psikologis, masih adanya sikap negatif masyarakat yang lebih menginginkan
anak-anaknya menjadi pegawai daripada menjadi wirausaha. Di sisi lain lembaga
pendidikan di Indonesia hanya menghasilkan pencari kerja bukan pencipta kerja.
g. Adanya
program membentuk wirausaha yang kurang mendapat dukungan seperti GN-MMK pada
tahun 1995 dan GKN (Gerakan Kewirausahaan Nasional ) pada tahun 2011 dan
Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang tidak berjalan.
h. Sektor
Informal yang kurang sehat, kondisi/ iklim usaha yang tidak sehat bagi
wirausaha pemula menyulitkan merka untuk bersaing.
i.
Kurang berkualitasnya
tenaga pendidik di SMK serta pengajar kewirausahaan di Perguruan Tinggi
sehingga tujuan SMK untuk dapat mencetak wirausaha dan membuka lapangan kerja
belum tercapai, karena terlalu banyak teori dan praktek yang kurang sesuai.
Penyebab pengangguran
terdidik di atas menyebabkan melemahnya kinerja sektor riil dan
daya saing Indonesia terhadap industri dan produksi manufaktur yang
berorientasi ekspor. menyebabkan berkurangnya permintaan untuk tenaga kerja
terdidik, yang mengakibatkan meningkatnya jumlah pengangguran terdidik
sebagai dampak lapangan
kerja di sektor formal mengalami penurunan. Dengan kata lain, persoalan
pengangguran terdidik muncul karena adanya informalisasi pasar kerja.
Di sisi lain lulusan SMK serta
Perguruan Tinggi kurang berminat dengan sektor informal. Padahal sektor
pertanian, kelautan, perkebunan, dan perikanan masih membutuhkan tenaga ahli. Sedangkan
Pasar kerja formal tidak sesuai dengan bidang keahlian lulusan SMK dan lulusan
Perguruan Tinggi/ Sarjana. Ditambah lagi dengan lulusan PT yang tidak mampu
berkompetisi dan tidak diterima oleh pasar kerja sebagai akibat kualitas
lulusan yang buruk. Belum lagi jumlah lapangan pekerjaan yang minim harus
diperebutkan oleh ribuan sarjana yang mencari kerja.
E. Solusi
Mengatasi Pengangguran Terdidik di Kota
Dalam mengatasi
pengangguran secara general dengan cara:
1. Peningkatan Mobilitas Tenaga kerja dan
Moral / memindahkan kelebihan tenagakerja ke lapangan kerja yang kekurangan dan
sebaliknya membuka lapangan kerja padat karya di daerah yang banyak
pengangguran.
2. Pengelolaan
Permintaan Masyarakat, dengan meningkatkan permintaan masyarakat terhadap
produk / barang dan jasa
3. Menyediakan
informasi lapangan kerja dan pendidikan
4. Program
Pendidikan dan Pelatihan Kerja
Perlu
peningkatan kualitas pendidikan tidak hanya hardskill tetapi juga softskill dan
pengalaman agar tenaga kerja di Indonesia berkualitas dan bersaing. Sehingga
kedepannya tidak lagi mengekspor TKI untuk bekerja di rumah atau toko. Tetapi
sebagai tenaga ahli.
5. Menciptakan
wirausaha dan/ untuk menciptakan lapangan usaha
Beberapa solusi untuk
mengatasi pengangguran terdidik di Kota, diantaranya :
Adanya kerjasama
antara pemerintah, dunia pendidikan, dunia usaha dan tenaga kerja.
1.
Pemerintah :
a.
Memberdayakan sarjana
untuk mengembangkan daerah pedesaan serta memberikan kredit modal usaha dengan
bunga ringan agar mereka mampu menciptakan sumber usaha produktif
b.
Membuat kebijakan yang mendukung iklim usaha yang sehat dan
membantu permodalan usaha serta pembinaan usaha
c.
Mengevaluasi ketercapaian tujuan program-program dan
keberlangsungannya seperti transmigrasi, KUR, PNPM, PKM, SM3T dll
d.
Meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia dengan pendidikan
yang dapat menciptakan angkatan kerja yang mandiri/ mngevaluasi sistem
pendidikan agar lulusan dapat bersaing menciptakan usaha baik di dalam negeri
maupun luar negeri
e.
Menyediakan tenaga pengajar SMK dan Kewirausahaan yang berpengalaman dan meningkatkan kualitas
tenaga pengajar agar tidak hanya mengajarkan teori saja, tetapi juga aplikasi
f.
Mengadakan pelatihan dan penyuluhan kewirausahaan baik teori
maupun praktek dan pendampingan usaha masyarakat
g.
Menambah beasiswa masuk Perguruan Tinggi dan mengevaluasi
program beasiswa
h.
Menggiatkan penyuluhan
kepada pelajar khususnya SMK dan mahasiswa untuk lebih berorientasi
menciptakan pekerjaan ketimbang mencari kerja atau menjadi pegawai negeri.
i.
Menciptakan
lapangan pekerjaan baru dengan memperbanyak lobi-lobi politik ke negara maupun
perusahaan asing yang tidak merugikan.
2.
Perguruan Tinggi dan Sekolah terutama SMK
a.
Mengadakan seminar dan pelatihan kewirausahaan
b.
Mengadakan pendampingan usaha bagi peserta didik/ mahasiswa
sesuai jurusan/ ilmu yang diperoleh
c.
Mengevaluasi keberlangsungan usaha peserta didik/ mahasiswa
serta tenaga pengajar
d.
Mendirikan koperasi sekolah/ koperasi mahasiswa
e.
Bekerja sama dengan perusahaan dan perbankan dalam usaha
meningkatkan kualitas peserta didik dan menciptakan usaha baru/ lapangan kerja
3.
Tenaga Pengajar
a.
Meningkatkan kapasitasnya di bidang kewirausahaan dan
mempunyai usaha sendiri
b.
Membina usaha peserta didik/mahasiswa
c.
menanamkan jiwa
belajar dan membaca untuk merubah pola pikir (mindset) agar dapat menjadi job creator.
4.
Peserta Didik/ Mahasiswa
a.
Mempunyai semangat belajar dan berwirausaha sejak dini
b.
Berwirausaha sejak dini dan terus meningkatkan usahanya
c.
Meningkatkan softskill dengan ekstrakurikulller, magang
kerja, part time, organisasi formal/ informal serta kepanitiaan
BAB. III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Untuk mengatasi permasalahan
pengangguran terdidik di Indonesia pemerintah perlu bekerja sama dengan
masyarakat dalam mendayagunakan lulusan SMK dan Perguruan Tinggi yaitu dengan
mendukung program-program pemerintah.
Sehingga diharapkan para sarjana dapat menerapkan ilmu yang di diperoleh
untuk pembangunan di Indonesia.
Sedangkan untuk mengatasi
tingginya pengangguran SMA perlu memperluas informasi beasiswa agar dapat
diketahui oleh semua pelajar SMA/ SMK. Untuk mengatasi pengangguran lulusan SMK
maka harus dievaluasi baik dari tenaga pengajar, sarana fasilitas, dan
lain-lain apakah sudah sesuai standar yang diharapkan atau belum. Agar lulusan
dapat mandiri menciptakan lapangan kerja sendiri.
B. Saran
Pemerintah
seharusnya tidak hanya membuat kebijakan untuk menciptakan wirausaha, tetapi
juga mengevaluasi program dan keberlangsungan usaha. Disamping itu dengan
mengeluarkan peraturan yang memihak pada wirausaha baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar