Sabtu, 22 Maret 2014

Penyebab dan Solusi Pengangguran Terdidik di Kota

BAB I

PENDAHULUAN

 


A. LATAR BELAKANG

 

Pengangguran masih menjadi salah satu masalah yang paling krusial di Negara Berkembang terutama Indonesia. Di tahun 2011 jumlah pengangguran penduduk Indonesia yang dirilis SAKERNAS BPS tahun 2011 sudah mencapai 7,7 juta dan tahun 2012 turun menjadi 7,2 juta jiwa Masalah pengangguran sering dikaitkan dengan kualitas Sumber Daya Manusia/ SDM di suatu negara. ada ketidaksesuaian antara penawaran tenaga kerja terhadap kebutuhan tenaga kerja maupuan permintaan tenaga kerja baik di sektor formal maupun informal.
Jika dimasa lalu banyak pengangguran disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan yang ditempuh angkatan kerja di pedesaan, serta sempitnya lapangan pekerjaan dan upah tenaga kerja di desa yang rendah. Sehingga banyak tenaga kerja desa urbanisasi ke kota. Hal ini mengakibatkan SDM kurang berkualitas dimana Komposisi Tenaga Kerja tidak terdidik dan tidak terlatih maupun terlatih di Kota lebih besar dari tenaga kerja terdidik Karena kurang berkualitasnya tenaga kerja tersebut mengakibatkan pengangguran di kota-kota. Karena tidak bisa terserap di lapangan kerja kota dan tidak mampu membuka lapangan usaha baru.
Dewasa ini di Indonesia terjadi sebaliknya. Setiap tahun rata-rata 20% sarjana baru menjadi pengangguran Pengangguran yang terjadi sebagian besar dari angkatan kerja yang sudah menempuh SLTA, maupun Perguruan Tinggi (D III, S1, S2 dan S3). Pengangguran ini sering disebut dengan pengangguran terdidik. Jumlah terbesar pengangguran terdidik di Indonesia ada di kota-kota besar. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengapa angkatan kerja yang terdidik justru banyak menjadi pengangguran di kota.
Di sisi lain Indonesia akan menghadapi AEC (Asean Economic Community) pada tahun 2015,yang akan memperbolehkan setiap negara anggota ASEAN bebas keluar masuk ke negara tetangganya di kawasan ASEAN. “Negara yang unggul dalam sumber dayanya akan memenangkan persaingan , sebaliknya negara yang tidak memiliki keunggulan bersaing dalam sumber daya akan kalah dalam persaingan dan tidak mencapai banyak kemajuan” (Suryana, 2006:79). Persaingan yang tinggi ini menimbulkan persaingan angkatan kerja yang kompetitif dan bisa menambah pengangguran.
Dalam hal ini pendidikan tidak cukup untuk meningkatkan SDM jika kualitas pendidikan tidak ditingkatkan, tidak sesuai dengan kebutuhan agar lulusan bisa menciptakan lapangan kerja.  Karena pada kenyataannya Indonesia memiliki banyak pengangguran terdidik yang tersebar di kota-kota. Hal ini bisa disebabkan kurangnya kemampuan wirausaha dan softskill untuk menciptakan lapangan kerja.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud pengangguran terdidik?
2.      Mengapa banyak pengangguran terdidik di kota?
3.      Bagaimana solusi untuk mengatasi pengangguran terdidik?
C.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui yang dimaksud pengangguran terdidik
2.      Untuk mengetahui penyebab pengangguran terdidik di kota
3.      Untuk mengetahui solusi pengangguran terdidik di kota




BAB.II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Pengangguran
Menurut Sukirno (2004: 28) pengangguran adalah jumlah tenaga kerja dalam perekonomian yang secara aktif mencari pekerjaan tetapi belum memperolehnya. Selanjutnya International Labor Organization (ILO) memberikan definisi pengangguran yaitu:
1.      Pengangguran terbuka adalah seseorang yang termasuk kelompok penduduk usia kerja yang selama periode tertentu tidak bekerja, dan bersedia menerima pekerjaan, serta sedang mencari pekerjaan.
2.      Setengah pengangguran terpaksa adalah seseorang yang bekerja sebagai buruh karyawan dan pekerja mandiri (berusaha sendiri) yang selama periode tertentu secara terpaksa bekerja kurang dari jam kerja normal, yang masih mencari pekerjaan lain atau masih bersedia mencari pekerjaan lain/tambahan (BPS, 2001: 4).
Sedangkan menurut Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) menyatakan bahwa:
1.      Setengah pengangguran terpaksa adalah orang yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu yang masih mencari pekerjaan atau yang masih bersedia menerima pekerjaan lain.
2.      Setengah pengangguran sukarela adalah orang yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu namun tidak mencari pekerjaan dan tidak bersedia menerima pekerjaan lain (BPS, 2000: 14).

B.   Pengertian Pengangguran Terdidik
Pengangguran terdidik adalah seseorang yang telah lulus pendidikan dan ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Biasanya yang digolongkan pengangguran terdidik adalah lulusan SMA/ SMK dan perguruan tinggi mengingat sudah diterapkannya program wajib belajar 9 tahun.
C.     Analisis Data Pengangguran Terdidik di Kota di Indonesia
Pendidikan dipandang sebagai solusi dalam  proses pembangunan ekonomi nasional. Dengan Pendidikan Indeks Pembangunan Manusia akan meningkat, kemudian pengangguran menurun dan kemiskinan juga menurun. Sesuai dengan pemikiran Theodore Schultz  “Investement in human capital”  yang mengatakan proses perolehan pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan bukan merupakan suatu bentuk konsumsi semata-mata, akan tetapi juga merupakan suatu investasi.
Schultz (1960)  memperhatikan bahwa pembangunan sektor pendidikan berfokus pada  manusia telah memberikan kontribusi langsung terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara, melalui peningkatan keterampilan dan kemampuan produksi dari tenaga kerja. Namun keadaan pendidikan di Indonesia dianggap masih kurang berkualitas. Hal ini dilihat dari lulusan Sekolah maupun perguruan tinggi di Indonesia kurang berkompeten.
Berdasarkan penelitian BAPPENAS tahun 2012 menunjukkan tingkat pengangguran terbuka mengalami penurunan. Dari 7,14% menjadi 6,56%. Pengangguran terbuka untuk lulusan SMA ke atas juga mengalami penurunan, untuk diploma turun dari 12,78% menjadi 7,16% dan sarjana dari 11,92% menjadi 8,02%. Namun jumlah ini belum menggembirakan karena pengangguran dikataka kecil apabila kurang dari 5%. Hal ini menunjukkan adanya kesalahan pengelolaan pendidikan sebagai pendorong pembangunan ekonomi.

Tabel. Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tahun 2008-2012 (dalam jiwa)
No.
Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
Tahun
2008
2009
2010
2011
2012
1
Tidak/belum pernah sekolah
103.206
90.471
 157.586
   190.370
   82.411
2
Belum/tidak selesai SD
443.832
547.430
   600.221
   686.895
  503.379
3
Sekolah Dasar(SD)
2.099.968
1.531.671
1.402.858
1.120.090
1.449.508
4
SLTP
1.973.986
1.770.823
1.661.449
1.890.755
1.701.294
5
SLTA Umum
2.403.394
2.472.245
2.149.123
2.042.629
1.832.109
6
SLTA Kejuruan
1.409.128
1.407.226
1.195.192
1.032.317
1.041.265
7
Diploma I, II, III/Akademi
   362.683
   441.100
   443.222
   244.687
   196.780
8
Universitas
   598.318
701.651
   710.128
   492.343
   438.210

Total
9.394.515
8.962.617
8.319.779
7.700.086
7.244.956
Sumber : Sakernas BPS Indonesia Tahun 2008,2009,2010,2011 dan 2012
Dari data tersebut menunjukkan pengangguran di Indonesia terdistribusi di semua jenjang pendidikan.  Pengangguran terdidik  jenjang SLTA Umum, Diploma dan Universitas mengalami penurunan dari tahun 2011-2012, tetapi jenjang SLTA Kejuruan / SMK mengalami peningkatan TPT.
TPT SMA tertinggi karena Lulusan SMA dipersiapkan untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya, namun banyak lulusan SMA yang tidak mampu melanjutkan , sehingga mereka menganggur karena tidak dipersiapkan untuk memasuki dunia kerja. Sedangkan SMK yang diharapkan menjadi solusi pemerintah untuk mengentaskan pengangguran jumlahnya justru bertambah.  Program SMK dikhususkan untuk siswa agar dapat siap bekerja serta membuka lapangan pekerjaan/ berwirausaha sesuai bakat yang dimiliki melalui program Pendidikan Sistem Ganda (PSG).

Sesuai arahan Presiden RI bahwa pembangunan bidang pendidikan diarahkan demi tercapainya pertumbuhan ekonomi yang didukung keselarasan antara ketersediaan tenaga terdidik dengan kemampuan, (1) menciptakan lapangan kerja atau kewirausahaan dan (2) menjawab tantangan kebutuhan tenaga kerja (Kemendikbud, 2012). Menurut Buchari Alma, 2009:4, “Suatu negara akan mampu membangun apabila memiliki wirausahawan sebanyak 2% dari jumlah penduduknya”. Menurut Gubernur Jawa Barat (http://suarapengusaha.com.2013) mengatakan bahwa jumlah pengusaha mudai di Indonesia hanya 0,8%. Sangat jauh jika dibandingkan dengan negara maju seperti Amerika Serikat sebanyak 12% , China 11%, Singapura 12%, dan Malaysia 4%.
Dapat dikatakan bahwa sistem pendidikan di Indonesia di Sekolah maupun Perguruan Tinggi hanya menciptakan pencari kerja (job seeker) bukan pencipta kerja ( job creator). Hal ini menunjukkan ada kesalahan dalam penyelenggaraan pelatihan kerja, lembaga pendidikan terutama SMK sehingga belum terciptanya wirausaha/ pengusaha baru/ tenaga kerja yang bisa menciptakan lapangan kerja sendiri seperti yang diharapkan. Sehingga pengangguran terdidik masih tinggi. Di sisi lain pengangguran terdidik di perkotaan biasanya dari kelompok menengah ke atas sehingga termasuk pengangguran sukarela/ masih merasa sejahtera dan dapat memenuhi kebutuhan.
D.    Penyebab Pengangguran Terdidik di Kota
Penyebab utama pengangguran terdidik di Kota hampir sama dengan pengangguran secara umum, tetapi memasukan pengaruh faktor pendidikan dengan pengangguran.
1.      Penyebab terjadinya pengangguran, antara lain :
a.       Pertumbuhan penduduk yang cepat dan menurunnya tingkat permintaan tenaga kerja
b.      angkatan kerja tidak mampu memenuhi kualifikasi yang diminta oleh dunia kerja, perkembangan teknologi tidak diimbangi oleh ketrampilan dan pendidikan
c.       tidak adanya kecocokan upah, tidak memiliki kemauan wirausaha
d.      ketidakberhasilan sektor industri kecil, ketidakstabilan keadaan perekonomian, politik dan keamanan Negara
e.       kurangnya informasi mengenai lowongan kerja
f.       terbatasnya daya serap di sektor formal
g.      belum efisiennya fungsi lapangan kerja sehingga ada yang bekerja tidak sesuai dengan bidangnya sedangkan yang lain memilih tidak bekerja daripada tidak sesuai bidangnya.

2.      Penyebab Pengangguran Terdidik di Kota di Indonesia antara lain
a.       Kurang selarasnya perencanaan pembangunan pendidikan, ketersediaan dan kesiapan tenaga pengajar, fasilitas serta pemanfaatan tenaga pengajar keseluruh wilayah belum merata.
b.      Angkatan kerja yang mencari kerja tidak memenuhi persyaratan yang diminta dunia kerja serta berkembangnya lapangan kerja yang tidak sesuai dengan jurusan mereka, sehingga para lulusan tersebut tidak terserap kedalam lapangan kerja yang ada.
c.       Angkatan Kerja yang terus bertambah, sedangkan kesempatan kerja sedikit/ tidak seimbang. Sehingga jika tidak dibarengi dengan jiwa pengusaha/ wirausaha maka akan semakin menambah pengangguran terdidik.
d.      Struktur lapangan kerja yang tidak seimbang.
e.       Terbatasnya daya serap tenaga kerja di sektor formal. Di sisi lain  banyak yang memilih angkatan kerja yang lebih memilih  sektor formal karena aman dari resiko. Menurut hasil studi Clignet (1980) di Indonesia ditemukan peningkatan pengangguran terdidik yang disebabkan keinginan untuk memilih pekerjaan yang aman dan tidak beresiko serta lebih memilih menganggur daripada bekerja tetapi tidak sesuai keinginannya.
f.       Faktor psikologis, masih adanya sikap negatif masyarakat yang lebih menginginkan anak-anaknya menjadi pegawai daripada menjadi wirausaha. Di sisi lain lembaga pendidikan di Indonesia hanya menghasilkan pencari kerja bukan pencipta kerja.
g.      Adanya program membentuk wirausaha yang kurang mendapat dukungan seperti GN-MMK pada tahun 1995 dan GKN (Gerakan Kewirausahaan Nasional ) pada tahun 2011 dan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang tidak berjalan.
h.      Sektor Informal yang kurang sehat, kondisi/ iklim usaha yang tidak sehat bagi wirausaha pemula menyulitkan merka untuk bersaing.
i.        Kurang berkualitasnya tenaga pendidik di SMK serta pengajar kewirausahaan di Perguruan Tinggi sehingga tujuan SMK untuk dapat mencetak wirausaha dan membuka lapangan kerja belum tercapai, karena terlalu banyak teori dan praktek yang kurang sesuai.
     
Penyebab pengangguran terdidik di atas menyebabkan melemahnya kinerja sektor riil dan daya saing Indonesia terhadap industri dan produksi manufaktur yang berorientasi ekspor. menyebabkan berkurangnya permintaan untuk tenaga kerja terdidik, yang mengakibatkan  meningkatnya jumlah pengangguran terdidik  sebagai dampak lapangan kerja di sektor formal mengalami penurunan. Dengan kata lain, persoalan pengangguran terdidik muncul karena adanya informalisasi pasar kerja.
Di sisi lain lulusan SMK serta Perguruan Tinggi kurang berminat dengan sektor informal. Padahal sektor pertanian, kelautan, perkebunan, dan perikanan masih membutuhkan tenaga ahli. Sedangkan Pasar kerja formal tidak sesuai dengan bidang keahlian lulusan SMK dan lulusan Perguruan Tinggi/ Sarjana. Ditambah lagi dengan lulusan PT yang tidak mampu berkompetisi dan tidak diterima oleh pasar kerja sebagai akibat kualitas lulusan yang buruk. Belum lagi jumlah lapangan pekerjaan yang minim harus diperebutkan oleh ribuan sarjana yang mencari kerja.

E.     Solusi Mengatasi Pengangguran Terdidik di Kota
Dalam mengatasi pengangguran secara general dengan cara:
1.      Peningkatan Mobilitas Tenaga kerja dan Moral / memindahkan kelebihan tenagakerja ke lapangan kerja yang kekurangan dan sebaliknya membuka lapangan kerja padat karya di daerah yang banyak pengangguran.
2.      Pengelolaan Permintaan Masyarakat, dengan meningkatkan permintaan masyarakat terhadap produk / barang dan jasa
3.      Menyediakan informasi lapangan kerja dan pendidikan
4.      Program Pendidikan dan Pelatihan Kerja
Perlu peningkatan kualitas pendidikan tidak hanya hardskill tetapi juga softskill dan pengalaman agar tenaga kerja di Indonesia berkualitas dan bersaing. Sehingga kedepannya tidak lagi mengekspor TKI untuk bekerja di rumah atau toko. Tetapi sebagai tenaga ahli.
5.      Menciptakan wirausaha dan/ untuk menciptakan lapangan usaha

Beberapa solusi untuk mengatasi pengangguran terdidik di Kota, diantaranya :
Adanya kerjasama antara pemerintah, dunia pendidikan, dunia usaha dan tenaga kerja.
1.         Pemerintah :
a.       Memberdayakan sarjana untuk mengembangkan daerah pedesaan serta memberikan kredit modal usaha dengan bunga ringan agar mereka mampu menciptakan sumber usaha produktif
b.      Membuat kebijakan yang mendukung iklim usaha yang sehat dan membantu permodalan usaha serta pembinaan usaha
c.       Mengevaluasi ketercapaian tujuan program-program dan keberlangsungannya seperti transmigrasi, KUR, PNPM, PKM, SM3T dll
d.      Meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia dengan pendidikan yang dapat menciptakan angkatan kerja yang mandiri/ mngevaluasi sistem pendidikan agar lulusan dapat bersaing menciptakan usaha baik di dalam negeri maupun luar negeri
e.       Menyediakan tenaga pengajar SMK dan Kewirausahaan yang    berpengalaman dan meningkatkan kualitas tenaga pengajar agar tidak hanya mengajarkan teori saja, tetapi juga aplikasi
f.       Mengadakan pelatihan dan penyuluhan kewirausahaan baik teori maupun praktek dan pendampingan usaha masyarakat
g.      Menambah beasiswa masuk Perguruan Tinggi dan mengevaluasi program beasiswa
h.      Menggiatkan penyuluhan kepada pelajar khususnya SMK dan mahasiswa untuk   lebih berorientasi menciptakan pekerjaan ketimbang mencari kerja atau menjadi pegawai negeri.
i.         Menciptakan lapangan pekerjaan baru dengan memperbanyak lobi-lobi politik ke negara maupun perusahaan asing yang tidak merugikan.

2.         Perguruan Tinggi dan Sekolah terutama SMK
a.          Mengadakan seminar dan pelatihan kewirausahaan
b.         Mengadakan pendampingan usaha bagi peserta didik/ mahasiswa sesuai jurusan/ ilmu yang diperoleh
c.          Mengevaluasi keberlangsungan usaha peserta didik/ mahasiswa serta tenaga pengajar
d.         Mendirikan koperasi sekolah/ koperasi mahasiswa
e.          Bekerja sama dengan perusahaan dan perbankan dalam usaha meningkatkan kualitas peserta didik dan menciptakan usaha baru/ lapangan kerja
3.         Tenaga Pengajar
a.          Meningkatkan kapasitasnya di bidang kewirausahaan dan mempunyai usaha sendiri
b.         Membina usaha peserta didik/mahasiswa
c.          menanamkan jiwa belajar dan membaca untuk merubah pola pikir (mindset) agar dapat menjadi job creator.  
4.         Peserta Didik/ Mahasiswa
a.          Mempunyai semangat belajar dan berwirausaha sejak dini
b.         Berwirausaha sejak dini dan terus meningkatkan usahanya
c.          Meningkatkan softskill dengan ekstrakurikulller, magang kerja, part time, organisasi formal/ informal serta kepanitiaan


BAB. III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Untuk mengatasi permasalahan pengangguran terdidik di Indonesia pemerintah perlu bekerja sama dengan masyarakat dalam mendayagunakan lulusan SMK dan Perguruan Tinggi yaitu dengan mendukung program-program pemerintah.  Sehingga diharapkan para sarjana dapat menerapkan ilmu yang di diperoleh untuk pembangunan di Indonesia.
Sedangkan untuk mengatasi tingginya pengangguran SMA perlu memperluas informasi beasiswa agar dapat diketahui oleh semua pelajar SMA/ SMK. Untuk mengatasi pengangguran lulusan SMK maka harus dievaluasi baik dari tenaga pengajar, sarana fasilitas, dan lain-lain apakah sudah sesuai standar yang diharapkan atau belum. Agar lulusan dapat mandiri menciptakan lapangan kerja sendiri.

B.     Saran

Pemerintah seharusnya tidak hanya membuat kebijakan untuk menciptakan wirausaha, tetapi juga mengevaluasi program dan keberlangsungan usaha. Disamping itu dengan mengeluarkan peraturan yang memihak pada wirausaha baru.